Drama dadakan ini aku buat sekitar tiga minggu yang lalu saat aku pulang ke rumah. Drama ini aku buat untuk membantu adikku yang akan ujian praktek bahasa inggris. Tapi adikku hanya memintaku untuk membuat naskah bahasa indonesianya saja.
Sedikit curhat, naskah atau dialog ini aku buat karena aku kasihan pada adikku yang mendapat pasangan yang sangat malas. Yang mana saking malasnya, ujian praktek yang sudah dilaksanakan minggu lalu (mungkin hari kamis, jumat atau sabtu kemarin) akhirnya berantakan hanya karena teman adikku itu tidak hapal dengan jatah dialognya, dan fatalnya dia tidak bisa dari awal percakapan (yang benar saja). Akibatnya, adikku dan pasangannya itu harus mengulang lagi di pertemuan minggu depan (padahal aku sudah sengaja membuat bagiannya lebih pendek daripada adikku). Dan yang lebih jengkel lagi, saat adikku bilang pasangannya itu baru menghapalkan dialognya lima menit sebelum giliran mereka maju. Yang benar saja, padahal aku sudah sengaja membuatnya jauh-jauh hari, dan adikku juga segera menerjemahkan naskahnya dalam bahasa inggris (lima menit? yang benar saja! itu lebih parah dibanding kita yang belajar saat malam sebelum ujian).
Sudahlah... anggap saja aku mengasihani dia (sangat sangat sangat mengasihani dia, hingga aku terlihat sangat bodoh).
Baiklah, sekarang aku akan membagikan dialog sederhana yang telah aku buat, yang memang tidak aku beri judul. Tapi dialog ini berisi tentang pernyataan
SETUJU DAN TIDAK SETUJU, juga
PERMOHONAN MAAF. (Ini adalah dialog asli yang telah aku buat, jadi aku tidak tahu kalau sudah disesuaikan oleh adikku. karena memang mereka hanya melakukan percakapan di depan kelas).
Ngomong-ngomong, aku hanya sedikit mengingatkan. Jika ada yang ingin menyalin atau memposting naskahku ini, aku harap untuk meminta ijin dahulu. Terima Kasih.
Selamat Menikmati.
Disini adikku aku beri nama Cicil, dan temannya anggap saja namanya Jono.
Jono : "Cicil, tunggu!" (setengah berlari mengejar orang yang ia panggil).
Cicil : (berhenti lalu menoleh ke belakang) "Ya?"
Wajah Cicil seketika berubah kecut.
Jono : "Dapatkah aku berbicara denganmu sebentar?"
Cicil : "Maaf, aku sudah terlambat!" katanya dengan malas, kemudian kembali melangkah menuju sekolah.
Jono : "Aku mohon, beri aku waktu untuk bicara denganmu sebentar. beri aku tiga menit untuk bicara".
Cicil ; (menghela napas) "Baiklah, kuberi kau waktu satu menit untuk bicara! kurasa itu cukup untukmu! cepat katakan apa yang mau kau bicarakan?!" tanyanya malas.
Jono : "Maafkan aku. aku tahu, kemarin aku salah, aku menyesal karena telah mengecewakanmu. Jadi aku mohon, agar kamu mau memaafkanku!" sesalnya.
Cicil : "Apakah kamu sudah selesai?"
Jono mengangguk.
Cicil : "Baiklah, bila tidak ada lagi yang mau kamu bicarakan aku akan pergi".
Cicil segera pergi meninggalkan Jono tanpa memberi jawaban.
Jono segera menahan pundak Cicil.
Jono : "Tunggu, apa kamu masih marah? maafkan aku Cil."
Cicil : "Aku sudah hampir terlambat, dan kamu menahanku disini hanya untuk membicarakan hal ini!" katanya emosi sambil menggerakkan pundaknya yang ditahan oleh Jono.
Jono : "Maaf aku tidak bermaksud menahanmu, tapi sebegitu sulitkah bagimu untuk memaafkanku?"
Cicil : (tersenyum menghina) Yang benar saja! apakah perlu aku mengambil cermin untukmu, agar kamu dapat bercermin melihat seperti apa kelakuanmu?" jawabnya emosi.
Cicil : "Tidakkah kamu ingat, seperti apa kamu memperlakukanku kemarin? (diam menahan emosi) 'Pengemis'? 'Anak Pembantu'? (ia kemudian kembali diam). aku tahu aku memang anak seorang pembantu, dan aku juga beruntung karena majikanku sangat menyayangiku. bahkan mau menyekolahkanku. aku juga bersyukur karena anak majikanku sudi berteman denganku. tapi bukan berarti kamu dapat memperlakukanku seperti itu!"
Cicil : "Seperti inikah arti persahabatan kita selama ini?"
Jono : "Maaf Cil" katanya tertunduk malu.
Cicil : "Aku tahu. sulit bagimu berteman dengan seseorang yang tidak selevel denganmu. kalau memang berteman denganku membuatmu malu, kamu tidak perlu memaksakan diri untuk menjadi temanku."
Cicil kemudian bergegas menuju sekolah yang tinggal lima meter lagi sambil tak lupa melirik jam tangannya.
Jono segera berlari mengejar Cicil.
Jono : "Tapi, bukan itu maksudku Cil."
Cicil : "Aku mengerti, kamu dulu memang pernah berjanji untuk selalu menjadi temanku. tapi kalau memang keberadaanku telah membuatmu malu, aku bersedia untuk menjauh darimu. karena aku sadar, siapa aku. setidaknya aku bersyukur karena selama ini kamu mau menjadi temanku."
Jono : "Tapi... apakah kamu akan memaafkanku?"
Cicil : "Aku pasti memaafkanmu, selalu. aku tidak mungkin membenci orang yang selalu baik padaku. tapi beri aku waktu."
Jono : "Terimakasih Cicil. kamu memang temanku yang paling baik dan tulus."
Cicil : "Sudahlah. apalah arti pertemanan jika kita tidak bisa saling memaafkan."
Cicil : "Sebaiknya kamu segera masuk ke kelasmu. pelajaran akan segera dimulai, aku juga akan masuk ke kelasku!"
Mereka kemudian berpisah dan pergi menuju kelas masing-masing dengan hati yang lega.
- TAMAT-
Ye...Ye...Ye...
Bagaimana pendapat kalian tentang dialog diatas?
Menurutku sih agak sedikit nyeleneh dan maksa. Maklum mengerjakannya juga mendadak (langsung dapat ide). Selain itu karena dituntut harus dalam tema itu (seni itu tidak bisa dipaksakan, Man!!)
Ngomong-ngomong ya, aku jadi ingat saat adikku mendadak minta dibuatkan naskah ini.
Malam itu (kalau tidak salah aku baru saja selesai mandi), adik sedang mengerjakan tugas dan mama sedang mengerjakan laporan pengeluaran. Kami bertiga saat itu berada di ruang tamu. Saat itu papaku sedang tidak ada dirumah. Aku lupa, kalau tidak salah sedang diklat di semarang atau mungkin sedang rapat di gereja. Malam itu, mendadak adikku minta dibuatkan naskah . . .
"Kak, buatin naskah bahasa inggris dong. bla bla bla..."
"Enak aja, kakak opie (panggilanku dirumah) nggak bisa bahasa inggris. Kan kamu yang lebih pinter. Kan tahu sendiri, dulu pas SMA gurunya kaya apa." Aku lupa, apa yang aku jawab saat itu...
"Ya udah deh, buatin bahasa indonesianya aja. tapi buatin ya kak, soalnya adek dapat pasangan yang nggak enak... bla bla bla..."
"Lha emang nggak milih temen pa?"
"Enggak, lha wong itu undian og... bla bla bla..."
"Ya udah deh" jawabku kasihan... (seketika ide-ide cemerlang bermunculan bak bintang yang hancur dan sepihannya jatuh ke bumi, lebay)
"Tapi pakai tema kak... bla bla bla..."
"Ya udah deh" (sambil mikir)
Seketika muncul sebuah cerita didalam pikiranku . . .
Dengan rambut yang masih bergelung handuk, aku segera memperagakan dialog yang aku dapat . . .
Seketika adikku tertawa geli dan menghentikan dialogku "Ma... itu tu ma, anaknya mama edan! (omel adikku) Emoh, kalau kaya gitu adek nggak mau. pasangannya adek kan orangnya kaya gitu, lagipula kan cuma percakapan didepan kelas"
"Lho ini kan baru contoh" kataku sambil tertawa geli dan kembali melanjutkan dialogku. (waktu itu aku memang memberinya contoh layaknya seorang pemain teater dengan semangat yang totalitas, yang mana kalau diingat-ingat lagi sih malah mirip opera atau malah drama queen ya? hehe...) "Ya ya... nanti kalau di kelas nggak usah kaya begitu" rayuku.
"Iya wis, tapi beneran dibuatin ya kak."
Keesokan harinya baru aku buat sebagian naskahnya. Dan saat adikku sudah merajuk baru aku benar-benar menyelesaikannya. Sejak malam yang gila itu, aku sering memanggil adikku dengan nada yang... hmmm begitu deh.
bayangkan saja saat Juliet memanggil Romeonya "Cicil..."
Hahaha... Memang tidak pernah kapok bila harus menjahili adikku satu-satunya.
Ngomong-ngomong ini saat ulang tahun adikku tanggal 11 November kemarin. Syukuran sederhana, sayang papa tidak ada di rumah karena harus studi banding bersama rekan-rekan FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) Kabupaten Kendal di Surabaya.
Adakah yang aneh dalam foto ini? Ya... aku memotret dengan posisi cake yang salah.
Apa? Adikku berumur 81 tahun? (yang benar saja, dia masih muda. yang meletakkan lilinnya saja yang salah, aku. #JongkokDipojokanKamar)
Sekian postinganku yang cukup panjang kali ini. Sekali lagi aku ingin mengingatkan.
Bila ada yang ingin MENYALIN atau MEMPOSTING ULANG naskah diatas mohon untuk MEMINTA IJIN dan MENYANTUMKAN CREDIT TITLE, karena aku sudah susah payah membuat naskah ini.
Terima Kasih